Di Indonesia, banyak terjadi fenomena pendidikan. Fenomena pendidikan ini tidak sepenuhnya positif, namun ada juga beberapa fenomena pendidikan negatif. Berikut 3 fenomena pendidikan yang tengah hangat dibicarakan di Indonesia.
Fenomena RSBI
RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) menjadi salah satu fenomena pendidikan di Indonesia. Sekolah berlomba-lomba agar dapat menjadi salah satu sekolah RSBI. Sekolah RSBI I ini tentunya akan menjadi sekolah dengan kualitas pengajaran yang baik. Selain itu, sekolah ini akan didukung fasilitas teknologi dan juga menggunakan bahasa asing dalam penyampaian materi. Orang tua dan anak murid pun berlomba-lomba agar si anak dapat masuk ke sekolah RSBI ini.
PEMBAHASAN
Berdasarkan psikolgi pendidikan, sekolah RSBI harus memenuhi syarat sekolah yang berkualitas. Disini peran guru sangatlah penting dimana mengajar adalah hal yang kompleks dan murid-murid itu bervariasi sehingga guru harus mengajar efektif untuk semua hal (Diaz, 1997). Guru disekolah RSBI harus memiliki pengetahuan dan keahlian professional lalu komitmen dan motivasi. Selain itu, sekolah RSBI juga harus memperhatikan penataan ruang kelas untuk mendukung aktivitas belajar mengajar (Crane, 2001; Fickes, 2001). Misalnya dalam hal penataan kelas yang harus efisien seperti gaya auditorium, tatap muka, off-set, seminar, dan klaster (Renne,1997)
Berdasarkan teori pendidikan keluarga, terutama orang tua akan merasa bangga jika anak nya dapat bersekolah di sekolah RSBI. Orang tua akan merasa tenang jika anaknya mendapatkan pengajaran dengan kualitas yang baik. Terkadang hal ini akan berdampak ke anak ketika orang tua memaksakan kehendaknya agar anak belajar dengan keras agar dapat masuk ke sekolah RSBI. Si anak bias saja terbebani dengan desakan orang tua ini sehingga tidak jarang si anak merasa terpuruk jika ia tidak lulus tes masuk sekolah itu. Padahal orang tua seharusnya tidak perlu memaksakan anak nya untuk dapat masuk ke sekolah RSBI karena tidak sedikit sekolah lain yang nyatanya mempunyai kualitas yang baik. Sebaiknya orang tua mempercayakan ini pada kemampuan si anak dan mendampingi nya dalam belajar.
Berdasarkan teori pendidikan bimbingan belajar, sekolah RSBI dapat menyediakan pengajaran yang berkualitas dan ditunjang dengan fasilitas yang baik. Hal ini baik untuk kemajuan pendidikan si anak. Contohnya saja penggunaan bahasa asing dalam penyampaian materi yang tentunya akan meningkatkan kemampuanconversation anak. Selain itu, sekolah RSBI harusnya menggunakan teknologi dalam pembelajaran.
FULL DAY SCHOOL, KUATKAH KITA?
Saat ini banyak pihak yang berusaha menyoroti sistem pendidikan nasional kita dari berbagai sudut pandang. Pro dan kontra sudah menjadi hal yang biasa, terutama jika dikaitkan dengan kebingungan pemerintah, pengamat, pemerhati, atau bahkan guru sendiri sebagai pelaku pendidikan di Indonesia tentang akan dibawa kemana pendidikan Indonesia ini. Walaupun Undang-Undang Dasar negara Indonesia sudah dengan tegas menerangkan hal yang terkait dengan pendidikan, namun pada kenyataannya kita belum memiliki orientasi yang jelas dalam mengejawantahkan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Faktanya adalah orientasi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih belum dapat menciptakan pemerataan untuk semua lapisan masyarakat.
Hingga saat ini banyak lahir pendekatan-pendekatan baru dalam pendidikan kita. Di satu sisi, ini adalah hal yang cukup menggembirakan karena artinya anak-anak kita akan mendapatkan peluang yang lebih baik untuk mempelajari segala hal dibandingkan jaman kita sekolah dulu. Tetapi jja kita lihat dari sisi lain. Kita akan menemukan beberapa hal yang kurang menyenagkan sebagai konsekuensi dari full ay school. Full day school adalah sistem sekolah modern dengan jam belajar yang penuh. Artinya anak-anak akan menghabiskan hambir semua waktunya disekolah. Kita bisa mengkaji lebih dalam hal ini dari perspektif psikologi pendidikan, keluarga maupun bimbingan belajar.
PEMBAHASAN
Fenomena pendidikan full day school. Bila hal ini dikaji melalui teori psikologi pendidikan, bisa dikatakan full day school baik untuk mendidik anak. Selain itu anak kan mendapatkan pendidikan yang bervariasi dan lain dari pendidikan disekolah dengan program reguler. Tetapi dengan syarat, full day school benar-benar memperhatikan kebutuhan pada masa remaja. Anan-anak tetap mendapatkan isitirahat yang cukup. Tetap bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini sangat penting. Karena manusia pada hakikatnya dalah makhluk sosial.
Jika full day school dikaji melalui teori keluarga. Pertama, orang tua tidak akan merasa khawatir, karena anak-anak akan berada seharian di sekolah yang artinya sebagian besar waktu anak adalah untuk belajar. Ketiga, orang tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke sekolah tersebut biasanya dilakukan tes (segala macam tes) untuk menyaring anak-anak dengan kriteria khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan motivasi belajar yang tinggi). Keempat, tentu saja akan meningkatkan gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap hal-hal yang sifatnya prestisius. Kelima, obsesi orang tua akan keberhasilan pendidikan anak (karena mereka berpikir jika anak mau pandai harus dicarikan sekolah yang bagus, dan sekolah bagus itu adalah yang mahal) memiliki peluang besar untuk tercapai.
Menurut teori bimbingan belajar, full day school memberikan peluang yang cukup besar bagi pihak pengajar untuk memberikan materi pembelajran dengan waktu yang cukup luang. Selain itu pihak pengajar dan sekolah bisa terus memantau perkembangan anak.
Rendah, Minat Anak Pesisir Bersekolah
Mengapa minat anak di pesisir pantai untuk sekolah masih rendah ? Dan apa yang menjadi faktor tersebut , apakah orang tua tidak mau menyekolahkan anaknya atau anaknya yang tidak mau?
Menurut saya sendiri hal tersebut disebabkan karena orang tua kurang memperdulikan masa depan si anak , karena bagi mereka sekolah tidak menguntungkan .
Selain itu bagi anak – anak yang ada dipesisir pantai mereka lebih baik berkerja bila dibandingkan dengan belajar . Mereka menganggap bahwa sekolah tidak menghasilkan uang sedangkan berkerja mereka bisa mendapat uang . Orang tua pun bahkan tidak perduli terhadap masa depan anak –anaknya . Bahkan orang tua menyuruh anaknya untuk berkerja dari pada sekolah . Rata – rata yang tidak sekolah adalah anak – anak yang berada disekitar pantai . Padahal program pemerintah untuk sekolah gratis telah dibuat tetapi kemauan orang tua yang tidak ada, hanya 40 persen yang bersekolah. Sisanya putus sekolah atau bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan formal. 60-70 persen anak-anak lulusan sekolah dasar (SD) tidak melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP). Bahkan, hanya 10 persen dari anak-anak yang melanjutkan SMP yang mau dan didorong orangtuanya bersekolah ke jenjang sekolah menengah atas dan kejuruan.
PEMBAHASAN
Bila dikaitkan dengan teori pendidikan, pendidikan di pesisir pantai sebenarnya sudah diperhatikan pemerintah tetapi dorangan dari orang tua sangat rendah . walaupun ada sekolah gratis tetap aja orang tua tidak mau . karena mereka mengangap bahwa sekolah tidak menghasilkan uang dari pada bekerja . padahal pendidikan sangat berguna untuk masa depan dan dapat memperbaiki ekonomi keluarga .
Bila dikaitkan dengan teori keluarga, keluarga lebih mendukung anak sebagai pencari makan daripada sekolah, selain itu orang tua pun tidak pernah menyuruh atau memaksa anaknya untuk memperoleh pendidikan . bahkan anak yang sudah sekolah pun terpaksa berhenti karena orang tua yang tidak punya biaya lagi. Padahal pemerintah telah membuat sekolah gratis tetapi tetap saja orang tua tidak peduli terhadap masa depan anaknya.
Bila dikaitkan dengan bimbingan belajar, tidak adanya sosialisi dari pihak pembimbing sehingga mereka tidak tahu bagaimana pendidikan itu dan orang tua pun tahu bahwa sekolah sebagai tempat belajar tetapi tidak melaksanakan kewajiabnnya sebagai orang tua. Dan pemerintah pun harus bisa membuat suatu perubahan agar anak – anak yang berada di sekitar pantai dapat menuntut ilmu dan bersekolah. Sosialisasi yang dibuat oleh pemerintah dengan orangtua secara langsung mungkin dapat membuat orang tua mengerti dengan pendidikan .
Referensi :
Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta Putra Grafika: PT Fajar Interpratama Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar